Senin, November 12, 2007

Mendidik pakai Jangan ?

Ketika protes atas penayangan sinetron-sinetron 'masa kini' oleh sebagian kelompok masyarakat --- atas adegan sebut saja kekerasan, hamil di luar nikah, ciuman 'maut', anak kecil memaki temannya bahkan orang yang lebih tua, anak kecil 'ngerjain' pembantu atau orang lain, intrik-intrik politik kantor yang bringas, mau naik pangkat ke dukun, balas dendam lewat monster aneh, dan masih banyak lagi -- seorang produser dan timnya dengan santai berkata : "Lho, kami ini juga mendidik masyarakat lho. Kami menayangkan adegan-adegan tadi supaya JANGAN ditiru. Supaya masyarakat kita JANGAN berperilaku seperti itu.

Percayakah anda dengan sinetron 'mendidik' ala produser tadi akan membuat masyarakat kita jadi lebih baik ? ... Saya tidak percaya. Alasannya ? Pikiran -- khususnya pikiran bawah sadar yang lebih sering dominan mengatur hidup kita -- tidak mengenal kalimat negatif. Kalau saya bilang kepada anda : "Jangan bayangkan sapi warna biru !" Eehh, justru sapi warna biru yang muncul di pikiran anda duluan bukan ? Padahal sudah saya minta jangan pikirkan itu. Makanya hati-hati kalau anda sering berteriak kepada anak anda : "Jangan nakal", "Jangan ribut", "Jangan naik-naik" ... kira-kira apa yang muncul dalam pikirannya ?

Sugesti (ide, pemikiran, perintah) dapat diprogram ke pikiran bawah sadar dengan beberapa cara : diulang-ulang, dengan muatan emosi yang besar, disampaikan oleh orang yang dipandang memiliki otoritas, identifikasi kelompok, dan dengan cara hypnosis. Hypnosis adalah keadaan fokus konsentrasi tunggal. Biasanya kondisi fisik relaks. Hypnosis kita alami setiap hari. Nonton film asyik, baca buku asyik, menulis, melukis, diskusi kelompok yang intens, pacaran (lha tidak terasa tau-tau sudah jam 11 malam), chatting, menyetir mobil di tol, bahkan ketika melihat poster 'Sale 70% .... Jadi kondisi terhipnosis pasti kita alami setiap hari.

Nah, kira-kira waktu menonton sinetron, apa yang tidak ada ? diulang-ulang (tema cerita atau adegan serupa masih muncul untuk beberapa episode), mengandung muatan emosi (anda pasti geram melihat tokoh antagonis, dan kasihan melihat tokoh protagonis), disampaikan oleh figur yang memiliki otoritas (apalagi kalau itu artis idola anda -- model bawah sadar anda), dan anda terhipnosis (kadang-kadang saking fokus dan larutnya anda sampai-sampai digigit nyamukpun tidak terasa -- bahasa Ilmiahnya sampai pada respon aenesthetic).

Jadi, sekuat apapun produser mengatakan JANGAN IKUTI cerita itu, justru apa yang jangan itulah yang masuk ke pikiran penonton. Dengan sifat pikiran yang mengabaikan kata jangan, tidak, bukan, anda sudah bisa paham kan kenapa hal-hal yang dikhawatirkan pemrotes makin hari makin banyak kasusnya .... ?

2 komentar:

Anonim mengatakan...

jadi inget, jaman muda dulu suka pake "negative approach" untuk ngedeketin cewek. ha..ha..

Anonim mengatakan...

hhmm... yang saya inget, pa prass pernah bilang "jangan pikirkan gajah berwarna ungu"... ko gajahnya sekarang jadi sapai yak?

strip "al"