Senin, November 26, 2007

Kelelawar sayapnya hitam

Saya mendengar dongeng ini dari Pak Mu'allim, mantan boss saya yang juga banyak memberi inspirasi kepada saya. Suatu ketika di dunia fauna dikuasai oleh dua bangsa binatang, yaitu bangsa mamalia dan bangsa burung. Bangsa mamalia dan bangsa burung saling bermusuhan. Mereka berperang satu sama lain. Lalu hiduplah segerombolan kelelawar. Kelelawar ini melihat di daratan yang dikuasai mamalia ada makanan berlimpah. Lalu mereka terbang masuk ke kawasan mamalia. Namun belum sampai ke tempat yang dituju, sudah dicegat oleh pasukan tentara mamalia. Mereka diusir karena dianggap sebagai bangsa burung.

"Hai kawan, aku ini bangsa mamalia ..." ujar para kelelawar ...
"Tidak mungkin, kamu kan ke sini terbang ... kalian pasti burung", jawab tentara mamalia
"Tapi aku kan punya taring seperti kalian, dan aku melahirkan dan menyusui. Jadi aku termasuk bangsa kalian ...", kata pimpinan kelelawar.

Tentara mamalia berpikir sejenak. Hmm .. iya juga ya .. pikirnya. Akhirnya mereka dipersilakan memasuki teritori bangsa mamalia.

Setelah puas menghabiskan makanan di situ, mereka lalu melihat di teritori bangsa burung terdapat makanan yang berlimpah pula. Lalu mereka pergi menuju ke wilayah bangsa burung. Ketika mendekati wilayah bangsa burung, mereka dicegat oleh tentara burung dan diusir karena dianggap anggota gerombolan mamalia.

"Lho, kami ini terbang seperti kalian .. Jadi kami ini bangsa burung ..." kata pimpinan kelelawar.

Tentara burung berpikir sejenak, dan akhirnya mempersilakan mereka bergabung dengan bangsa burung. Akhirnya para kelelawar itupun bersukacita mendapat makanan yang berlimpah.

Nasihat Pak Mu'allim : jangan jadi kelelawar, yang tidak punya integritas, bermuka dua. Ke sana iya, ke sini iya. Milikilah karakter yang jelas dan tegas. Anda termasuk bangsa mamalia, atau burung.

Pada suatu konteks, tafsir Pak Mu'allim ini saya sepakati. Pilihlah satu peran : protagonis, atau antagonis. Kalau dibawa ke dunia wayang, anda ini termasuk kelompok Pandawa, atau Kurawa. Baik, atau jahat.

Dalam konteks lain, artinya bisa kebalikan. Contohlah kelelawar. Dalam ilmu NLP, atau hipnosis yang diaplikasikan pada komunikasi atau selling, kemampuan kelelawar untuk 'matching' dengan lawan bicara dengan menyesuaikan atau menyamakan beberapa hal dengan kawan bicara, menjadi salah satu teknik untuk mempercepat mendapatkan trust dari kawan bicara (saya ogah pakai istilah 'lawan' bicara). Kalau kawan bicara sudah trust, maka saran-saran kita kemungkinan besar lebih didengarnya. Bukan cuma untuk jualan. Orang tua yang ingin nasihat atau arahannya di dengar oleh anaknya, silakan matching dulu dengan dunia anaknya, baru kemudian giring mereka pada dunia kita. Begitu juga pimpinan terhadap anak buahnya. Dokter terhadap pasiennya. Guru terhadap muridnya. Rasakan bedanya ...

Tidak ada komentar: