Masih soal sukses. Setelah menggiring peserta pelatihan pegawai bahwa mereka sebenarnya sudah sukses dalam hidup mereka, karena banyak sekali impian dan keinginan mereka di masa lalu telah tercapai sekarang, saya kembali meminta peserta yang merasa sukses untuk berdiri.
Ada salah seorang peserta yang tidak ikut berdiri. Setelah saya tanya, ternyata ia memiliki keyakinan -- termasuk doktrin orang tuanya -- bahwa manusia tidak boleh merasa sukses, tidak boleh merasa puas diri. Katanya, ia takut sebab kalau kita sudah merasa sukses kadang-kadang kita menjadi lupa diri.
Saya langsung menganalisis struktur kalimat yang meluncur dari peserta tersebut. Seperti biasa, saya bermain-main dengan menggunakan kata-kata dia.
"Anda takut lupa diri ? .... " tanya saya
"Ya", jawabnya.
"Bagaimana kalau anda BERANI eling ?, bisa ?" tanya saya lagi.
Ia mulai berpikir.
"Lalu anda bilang, KADANG-KADANG kalau sudah sukses jadi lupa diri. Kadang-kadang berarti TIDAK SELALU bukan ?. Berarti ada juga yang sukses, tapi tetap tidak lupa diri alias tetap eling dan rendah hati ... Ada kan orang yang sukses tapi tetap eling dan rendah hati?"
Ia mengangguk.
"Berarti di depan anda ada dua pilihan, anda takut sukses jadi lupa diri, atau anda berani sukses tapi tetap eling dan rendah hati. Anda pilih yang mana ?"
Ia bilang pilih yang berani sukses tapi eling dan rendah hati.
Lalu saya kembali bertanya ke 52 orang peserta pelatihan. "Oke, kembali saya mempersilakan anda yang merasa sukses untuk berdiri ..."
Semuanya berdiri, termasuk peserta yang saya ajak dialog tadi. ..***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar