Sampai sekarang saya masih terkagum-kagum dengan Bu Herry. Tahun 1991 ketika saya mengantarkan lamaran ke Bumiputera, Bu Herry adalah Kepala Bagian Pengembangan SDM yang akhirnya memanggil saya, mengetes saya, dan mewawancarai saya. Saya tahu, kalau saja waktu itu Bu Herry mengisi kolom 'tidak lulus', tidak ada yang namanya saya dalam sejarah di Bumiputera. Singkat cerita, akhirnya saya diterima bekerja sebagai clerk di Bumiputera, ditempatkan di Departemen Personalia. Meskipun saya ditempatkan di bagian lain, tapi tetap satu departemen dengan Bu Herry.
Tiga bulan berselang, terjadi restrukturisasi organisasi. Saya dan Bu Herry sama-sama dipindah ke Divisi Pemasaran II. Saya pegawai di Bagian Keagenan & Promosi, sementara Bu Herry Kepala Bagian Distribusi.
Ketika saya selesai tugas belajar 2 tahun di MM-UI, saya ditempatkan di unit yang sama lagi dengan Bu Herry. Beliau Kepala Bagian Hubungan Masyarakat, saya Asisten Kepala Bagian Hubungan Internasional. Sama-sama di bawah Sekretaris Perusahaan. Ketika saya naik pangkat lagi jadi Kepala Bagian Pengembangan SDM, bu Herry Kepala Bagian Sekretariat Direksi. Singkat cerita, akhirnya posisi saya 'agak' lebih tinggi dari Bu Herry ketika saya ditugasi menjadi pimpinan anak perusahaan di bawah Bumiputera Group.
Ketika Bu Herry pensiun dengan jabatan terakhir Pemimpin Cabang Eksekutif, Bu Herry lalu datang ke kantor saya sambil membawa lamaran. Beliau memanggil saya 'Bapak', dan ingin melamar menjadi tenaga profesional di lembaga yang saya pimpin. Meskipun saya bilang tidak usah pakai lamaran karena saya sangat tahu kualitas Bu Herry, tapi demi tertib administrasi, akhirnya lamaran itu saya terima juga.
Sekarang, Bu Herry masih sering membuat saya kikuk. Bagaimana tidak, beliau dulu yang menerima lamaran saya, sekarang saya menerima lamaran beliau. Beliau dulu memanggil saya 'Dik', sekarang memanggil saya 'Bapak' dan berkomunikasi dengan cara yang sangat santun. Satu hal yang membuat saya kagum dan selalu berguru kepada Bu Herry, yaitu semua itu beliau lakukan dengan tulus dan ikhlas. Dari dulu Bu Herry adalah orang yang bisa menempatkan diri. Bu Herry paham betul peran dan kontribusinya, dan bisa memposisikan orang lain sedemikian rupa sehingga proporsional. Di lembaga saya, Bu Herry melakukan tugas dengan 'total football', meskipun secara finansial sebenarnya jauh di bawah apa yang pernah diterima beliau pada jabatan terakhir di Bumiputera. Saya sangat terdukung dengan keberadaan beliau.
Sekarang secara formal saya memang atasan beliau. Tapi secara batin, sebenarnya saya murid beliau. Saya ingat sms Pak Mawarto, Direktur SDM AJB Bumiputera 1912 semalam yang mengirimkan sebuah ayat pendek yang sebenarnya sering saya baca dalam sholat, tapi jarang ingat artinya : ".. dan apabila kamu telah selesai dengan suatu tugas, maka lakukan tugas berikutnya ..., dan hanya kepada Allah perhatian kamu tujukan"...***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar