Jumat, September 03, 2010

Kaya khilaf, atau Miskin khilaf ?

Saya terlibat chatting dengan seorang mahasiswi saya.

Saya : "Semalem jadi pergi sama "X" ?
Dia : "Jadi Pak ... kenapa Pak ?"
Saya : "Ooo, nggak apa-apa, hehehehehehe"
Dia : "Ketawanya ngeledekkkk"
Saya : "ya itu kan tergantung tafsir kamu. Kalau kamunya menafsirkan ngeledek, ya sudah, hahaha".
Dia : "Itu ketawanya malah nggak jelas .."
Saya : "Wah, kalau saya sih jelas. Jelas sekali bahwa ketawa saya itu tidak jelas .."
Dia : "Nahhh, kalau ini saya sependapat .."
Saya : "Meskipun tidak sependapatan ..."
Dia : "Iya deeeh nggak sama ..."

Saya : "Saya doakan nanti pendapatan kamu tinggi selangit"
Dia : "Amiiin Pak. Tapi kalau bisa jangan tinggi-tinggi Pak. Takut khilaf".
Saya : "Kamu mau penghasilan tinggi tapi khilaf, atau penghasilan rendah tapi sadar, atau penghasilan tinggi yang sadar ?"
Dia : "Penghasilan tinggi yang sadar".
Saya : "Jadi ? ... masih mau minta jangan tinggi-tinggi penghasilannya ?"
Dia : "Iya kalau misalkan saya diberi rizki yang berlebih cuma takut kekhilafan aja pak. Saya kan cuma manusia biasa .."
Saya : "Emang kalau rejekinya sedikit akan terbebas dari khilaf ?"
Dia : "Nggak juga sih Pak. Habis saya lihat contoh real-nya Pak .. para pejabat-pejabat negara itu kan sudah dikasih rejeki cukup dengan posisi enak, eh, masih bisa-bisanya korupsi.."
Saya : "Apakah kalau rejekinya banyak PASTI korupsi, dan apakah kalau rejekinya sedikit PASTI tidak korupsi ?"

Dia : "Ya tidak juga pak. Tapi persentasinya seperti itu kan Pak .."
Saya : "Di penjara, rutan, LP, yang lebih banyak yang khilaf itu yang hartanya banyak atau yang hartanya sedikit alias miskin ?"
Dia : "Saya sih belum pernah datang langsung ke rumah tahanan Pak. Memang sih lebih banyak orang miskinnya, tapi kebanyakan dari mereka kan korban ketidakadilan hukum ?"
Saya : "Jadi, yang salah ketidakadilan hukum ?"
Dia : "Banyak orang-orang kaya membeli hukum di Indonesia kan Pak. Koruptor sampai bermiliar-miliar bisa begitu saja bebas dengan uangnya, tapi kalau orang miskin nyolong ayam saja dihukum berat. Apa itu namanya ketidakadilan hukum Pak ?"

Saya : "Kenapa orang nyolong ayam itu dihukum ? Karena miskinnya atau karena nyolong ayamnya ?"
Dia : "Karena nyolongnya Pak. Tapi kenapa orang-orang kaya bisa bebas dari hukum padahal mereka korupsi uang rakyat ?"
Saya : "Nyolong itu khilaf bukan ?"
Dia : "Iya pak, termasuk khilaf ..."
Saya : "Jadi kaya atau miskin bukan merupakan SEBAB orang khilaf bukan ?"
Dia : "Benar pak ..."
Saya : "Jadi balik lagi ke soal pendapatan tadi, karena tidak ada hubungan antara kaya-miskin dengan khilaf-sadar, maka Charin mau jadi kaya dan sadar, atau jadi miskin dan sadar ?"
Dia : "Jadi kaya dan sadar pastinya Pak". ***