Minggu, Juli 29, 2012

Rokok Bukti Cinta?

Entah dari mana mulainya, tahu-tahu pembicaraan menyentuh kata 'rokok'. Saya kemudian bertanya kepada salah seorang kawan berjenis kelamin perempuan yang duduk di depan saya. "Eh, cowok baru kamu yang sekarang ngerokok nggak?".

"Iya...", katanya.

Setahu saya, cowok sebelumnya dari teman saya ini tidak merokok.

"Terus, kalau cowok kamu yang sekarang ngerokok, gimana perasaanmu?".

"Ya sebenernya aku pengennya dia nggak ngerokok. Tapi kan aku jadian sama dia udah dalam keadaan dia ngerokok, ya aku terima dia apa adanya...", jawab dia.

"Lalu, apa keinginanmu yang terdalam?", tanyaku.

"Ya pengennya dia nggak ngerokok...".

"Aku pengen tahu apa yang ada di pikiranmu tentang bahayanya merokok..."

"Merokok merusak kesehatan. Bisa membahayakan jantung dan janin."

"Mengapa kamu pengen dia nggak merokok?"

"Kehidupan yang lebih sehat sekarang dan di masa depan nanti, terutama kalau udah punya anak"

"Yakin?"

"Yakin !"

"Orang ngerokok hidupnya berkah nggak?"

"Selama tidak mengganggu orang lain kan hidupnya berkah"

"Orang ngerokok mengganggu orang lain nggak?"

"Hmmm ... Ya iya sih ..."

"Apa yang dicari orang ngerokok?"

"Kenikmatan kali..."

"Kenikmatan buat siapa?"

"Ya buat dirinya ..."

"Kenikmatan juga buat orang yang ada di dekatnya?"

"Ya pasti nggak lah ... keganggu sama bau dan asap..."

"Berarti orang yang merokok peduli dengan orang lain? Trus kalau orang nggak peduli sama orang lain namanya apa?"

"Egois .... Hmm, tapi kan dia bisa merokok di tempat lain atau smoking area?"

"Apakah orang merokok itu mencintai tubuh yang diamanahkan Tuhan?"

"Hmmm ... menurutku tidak..."

"Mengapa?"

"Karena dia sudah meracuni tubuhnya sendiri...Tapi dia sudah kecanduan, susah dihentikan..."

"Dia kecanduan rokok, atau kecanduan perasaan yang ditimbulkan akibat merokok?"

"Maksudmu? Aku belum ngerti..."

"Apa yang dia dapatkan dari merokok?"

"Ya itu, kenikmatan, kesenangan, ketenangan.."

"Tapi dia tahu dampak dan bahaya merokok?"

"Ya tau lah..."

"Dia tahu bahayanya merokok terhadap perokok pasif, kamu, anak-anakmu nanti?"

"Sepertinya tau lah ..."

"Berarti yang dia cari dan kejar kenikmatan rasanya itu kan? Dan itu dia lakukan dengan cara meracuni tubuhnya sendiri. Dia lebih ngebela perasaannya daripada pikirannya.  Itu bukan mendzalimi diri sendiri ya?"

"Hmmm ... "

"Bagaimana mungkin dia akan mencintai kamu kalau sama dirinya sendiri nggak mencintai?"

"Trus, aku musti gimana dong?"

"Kamu maunya dia ngerokok nggak?"

"Ya pengennya nggak ngerokok..."

"Ya minta aja dia nggak ngerokok..."

"Nanti dia marah..."

"Dia mencintai kamu?"

"Iya..."

"Kalau dia mencintaimu, kok dia akan marah dengan permintaanmu? Kalau dia sampai marah dengan keinginanmu ini, artinya dia mencintai kamu, atau mencintai nafsunya sendiri?"

"..............."

"Kamu siap dan bersedia hidup dengan orang seperti itu?"

"................"

"Kalau kamu membiarkan dia merokok, sementara kamu inginnya dia tidak merokok demi kebaikan semuanya sekarang dan masa depan, lalu karena kamu takut dia marah kamu tidak mau menyampaikan permintaanmu itu, itu berarti kamu telah memutuskan untuk diam, maka nanti kalau ada apa-apa kamu bertanggungjawab juga. Ciri orang bertanggungjawab adalah tidak mengeluh setelah keputusan itu, dan kamu tinggal pertanggungjawabkan saja keputusanmu itu di hadapanNya nanti...".

"..............." ***