Ana punya landasan akademis yang kuat untuk menopang dunianya. S1 dan S2-nya bidang komunikasi. Dengan bakat, pengalaman, dan pendidikan yang sebangun, ia menjadi manusia unggul di dunia sastra dan komunikasi tulisan. Wilayah yang saya kira sulit dimasuki orang lain di perusahaan tempat saya dan dia bekerja saat ini. Dia punya core competence.
Gary Hamel dan C.K. Prahalad yang disebut sebagai dewa strategi 90-an melihat core competence sebagai akar. Batang dan cabangnya adalah bisnis dan kelompok bisnis yang dimilikinya, yang mampu menyajikan buah (produk dan pelayanan) yang selalu mampu memuaskan dan menyenangkan customer. Blue Bird mempunyai sistem pelayanan transportasi dan SDM yang handal. Kemampuan mereka sulit ditiru oleh pesaingnya. Mereka malah bisa mendikte pasar dan persaingan melalui produk dan jasanya.
Agak berbeda titik berangkatnya dengan konsep Michael E. Porter yang dianggap sebagai dewa strategi 80-an, yang mendasarkan keunggulan bersaingnya pada daya tarik pasar (yaitu hasil kajian simultan terhadap tingkat rivalitas dalam industri, kekuatan pemasok, kekuatan pembeli, hambatan masuk, dan produk pengganti). Siapa yang paling kuat dan duluan merebut peluang, dengan memberi nilai kepada customer melalui harga yang unggul, atau diferensiasi, atau fokus, dialah yang akan menang. Tapi bersiaplah bila nilai yang menjadi keunggulan bersaing itu ditiru pesaing, atau tiba-tiba menyadari bahwa yang menjadi pesaing bukanlah perusahaan dalam industri dimana dia bergerak.
Saya tidak ingin mempertentangkan kedua mazhab strategi bersaing ini, sebab itu sama saja dengan mempersoalkan mana yang duluan : perumusan visi-misi atau SWOT analysis. Yang penting, kedua mazhab ini terbukti memberikan keberhasilan bagi pengikutnya.
Ana punya sumber daya, yaitu bakat, pengalaman, pengetahuan, dan reputasi. Ia juga punya kapabilitas, yaitu kemampuan meruntut pemikiran sekaligus menuangkannya ke dalam kolam kata-kata tanpa batas. Perusahaanpun membutuhkan ahli komunikasi yang handal. Dengan begitu, komplit sudah keunggulan Ana.
Saya bilang, “Apakah kamu akan membiarkan dunia kamu terbunuh ?” …. Dia cuma mengela nafas. Saya tahu dia jauh lebih cerdas untuk sekadar menjawab pertanyaan saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar