"Gue jadi males kerja nih. Udah capek-capek bikin kerjaan, dibela-belain sampe pulang malem, eh, malah dikritik abis," gerutu seorang teman kantor.
Biasanya aku melakukan ritual komunikasi cerdas emosi dengan teknik 'pesan anda', misalnya : 'ooh, kamu kecewa ya ?' .... Tapi karena sudah berkali-kali dilakukan, kali ini aku putus polanya untuk memberi efek kejut dengan sedikit playful, "Hehehe ..., kenapa elu serahkan hidup lu kepada orang lain ?. Kenapa elu beri kekuasaan kepada perilaku orang lain untuk mempengaruhi efektivitas kerja dan hidup lu ? Lha, kalau hasil kerja lu dicuekin atau dikritik, terus lu berhenti bekerja, atau kinerja lu besok-besok turun, yang rugi siapa ? Bukankah lu makin dianggap jelek ? Boss makin kecewa, makin marah ..."
"Yaa, habis dia itu kan pimpinan, mustinya dia belajar dong gimana caranya menghargai dan memotivasi anak buah ... Kita sapa dan senyum, dianya cuek aja. Gimana kita bisa hormat sama atasan seperti itu ?", balasnya.
"hehehe, trus dengan perasaan bete seperti ini, trus seandainya besok lu jadi males kerja, kira-kira lu akan dipromosi nggak ?
Matanya mulai melirik ke kanan atas.
"Kalau kita menyapa dan menghormati orang, lalu orang itu tidak menyapa dan menghormati kita, siapa yang lebih mulia ? .. Orang yang menyapa dan menghormati orang, atau orang yang mencueki orang ?"
Ia mulai meletakkan badan di kursinya.
"Orang yang memberi hormat kepada orang lain itu berarti dia punya kelebihan rasa cinta dan hormat, makanya dibagi-bagi kepada orang lain. Dengan kata lain orang itu sebenarnya orang kaya, orang kelebihan. Orang yang tidak suka memberi hormat kepada orang lain adalah orang miskin .. orang tidak punya. Kalau kita tegur dia, lalu dia nggak balas teguran kita, maka yang bermasalah adalah dia, bukan kita. Nah, kalau kita memberi sapa dan hormat kepada orang lain tapi dicuekin lalu kita marah-marah, berarti kita yang butuh dihormati dong .. berarti kita masih kekurangan hormat ... berarti kita ini kere ...?" ..
Ia mulai mengambil berkas di samping meja.
"Jadi, kalau atasan kita nggak suka menyapa dan menghormati anak buahnya, perlu dikasihani. Dia masih miskin dan kekurangan. Nah, tugas kita memberi cinta dan hormat kepada dia. Kalau pimpinan nggak bisa kasih contoh kepada kita, ya kita yang kasih contoh kepada pimpinan ...".
"Lha, kita sendiri dapat cinta dari mana ?" tanya dia.
"Dari Sang Sumber Cinta. Kita serap dan ambil cinta dari Atas. Sumber Cinta yang tak akan habis-habisnya. Lalu kita salurkan buat orang lain".
"Lho, elu sendiri sering marah-marah sama anak buah ?" kata dia.
"Itu lain coy, gue lakukan itu karena gue ingin mereka jadi bagus kerjanya, memuaskan konsumen, kuat mental dan nggak cengeng. Gue rasa boss lu niatnya juga gitu ke elu. Kalo boss marah-marah, itu kan berarti dia perhatian sama lu. Kalo boleh jujur, elu mending dicuekin atau dimarahin boss ?"
"Halah, alesan aja lu ..."
Dia melanjutkan pekerjaan dengan wajah yang sudah cerah.
1 komentar:
niken pilih di marahin bos lalu dicuekin. Tapi lebih milih dimarahin
Posting Komentar