Kamis, November 08, 2007

Fokus ...

"Coba cari benda yang warnanya MERAH. Fokus .. konsentrasi .. dan perhatikan betul-betul ..hafalkan sedetil-detilnya ... saya kasih waktu 30 detik.... ", pinta saya kepada peserta pelatihan mind management.

"Sekarang silakan tutup mata, bayangkan benda itu dengan jelas. Bagus. Sekarang buka mata lagi, lihat sekali lagi benda itu. Yak, sekarang tutup mata lagi dan bayangkan dengan jelas.... Saya akan bertanya, kemudian begitu selesai bertanya, saya mohon anda menjawab secara bersama-sama dengan suara keras ..."

Peserta tampak siap menjawab.

"Coba sebutkan benda yang warnanya .... BIRU ?!"

Suasana hening. Sekitar 10 detik kemudian, seorang peserta berteriak : "Tutup spidol !". Yang lain menyusul : "Logo Bumiputera!", "

"Oke, sekarang silakan buka mata... Naaah .. kenapa begitu lama ? Padahal di depan anda ada yang pakai baju biru, buku biru, bolpen biru, lukisan berunsur biru ... Inilah efek dari sebuah fokus dan konsentrasi ... Nah, kalau kita fokus kepada cita-cita kita, perusahaan fokus pada visi-misinya, maka gangguan sekitar bisa kita abaikan dan kita tetap berada pada jalur pencapaian cita-cita kita ...", jelas saya.

Saya jadi ingat kepada sahabat saya, Cepi. Kami sekelas waktu kelas 3 di SMP 13 Jakarta. Saat itu saya tahu cita-citanya menjadi dokter -- suatu cita-cita 'generik' seorang anak selain 'insinyur'. Sayapun kalau ditanya ingin jadi dokter. Waktu itu saya mengagumi dia (kalau tidak mau dibilang naksir karena waktu itu saya masih norak dan minder-an). Bagaimana tidak, dia juara kelas, juara gambar & lukis, bisa main musik, salah satu ketua OSIS. Oh ya -- sedikit pamer -- satu-satunya nilai saya yang lebih tinggi dari dia adalah Bahasa Indonesia -- khususnya mengarang. Sementara pelajaran lainnya, dia lebih tinggi. Kalau ada lomba melukis atau menggambar, dia juaranya. Kalau ada lomba mengarang dan adzan, saya juaranya.

Saya menduga, gambaran bagaimana dokter hidup dan bekerja - yang membuatnya bahagia - begitu jelas di pikirannya. Beda dengan saya yang melihat dokter sebagai sosok yang berwibawa. Itu saja. Buktinya, ia 'menolak' masuk SMA 6 Jakarta dan memilih sekolah di SMA Tarakanita. Sebuah sekolah dengan komunitas homogen : perempuan. Sekali lagi, saya menduga ia tidak ingin 'diganggu' oleh urusan-urusan remaja yang mungkin saja mengganggu jalannya cita-citanya (disamping karena sekolahnya tinggal jalan kaki).

Bukti sekali lagi, ia masuk Fakultas Kedokteran UI melalui PMDK !. Meskipun tiap tahun saya istiqomah mengirim kartu lebaran, saya baru berhasil menghubungi melalui telepon ketika dia sedang PTT di sebuah daerah di Sumatera.

Sekarang dia sudah jadi dokter spesialis kulit dan kelamin. Dia berhutang sekali periksa gratis kepada saya sebagai traktiran ulangtahunnya tahun 2006, meskipun saya tentu berdoa hutangnya itu tidak usah dibayar (lha, memangnya anda mau sakit kulit ?... apalagi kelamin !).

Itulah modelling dari seorang yang menempuh perjalanan yang bernama fokus dan konsistensi .. Mau kenal dia ? silakan kunjungi http://drsilvianispkk.blogspot.com atau klik saja link dr Silviani Sri Rahayu, SpKK di blog saya ini ...

1 komentar:

SILVIANI SRI RAHAYU mengatakan...

Ha...ha... ha....
Saya merasa "tersanjung". Pak Prass kok masih menyimpan foto saya SMP. Saya inget banget ayah saya motret pas bangun tidur. JAdi masih 1/2 ngantuk en cemberut. Semua yang saya capai sampai saat ini, Alhamdulillah atas karunia Allah semata. Tapi trims ya buat persahabatan kita yang sudah 25 tahun lebih ini. Wah jarang ada temen seperti anda. Kembangkan terus bakat-bakat Prass terutama bakat menulis ini, siapa tau jadi investasi di hari tua kelak, dan amal dunia akhirat. Amin