Lima menit yang lalu, dengan semangat 'menjadi muda', saya masuk ke lapangan futsal dengan gagah berani mengganti Supri yang menyerah. Tanpa pemanasan, tanpa peregangan, bahkan tanpa latihan sebelumnya, kecepatan lari saya berada pada posisi puncak, mondar-mandir mengejar bola dan menghadang lawan, gocek sana gocek sini, layaknya pemain terlatih. Tapi rupanya itu tidak lama. Tampak terlatih berbeda sama sekali dengan benar-benar terlatih.
Sebagai hypnotherapist saya menerapkan self-hypnosis dengan visualisasi sukses sehari sebelum pertandingan. Ternyata latihan mental itu tidak cukup. Fisik tetap perlu dilatih. Otot punya cara kerja sendiri. Meskipun mental sudah siap, fisik belum siap, ya dengan riang gembira saya memberikan kemenangan kepada tim lawan.
Saya jadi ingat saat-saat pertama kali ditugaskan memimpin sebuah lembaga pendidikan yang sudah berusia 45 tahun lebih. Rupanya nafas ngos-ngosan, mata kunang-kunang, keringat dingin membanjir, dan otot-otot sakit semua, itu yang dirasakan oleh anggota organisasi saya yang tergopoh-gopoh mengikuti saya yang langsung 'lari sprint'. Hingga akhirnya saya mengurangi kecepatan, mengubah mode lari menjadi maraton, melatih pikiran, mental, dan fisik mereka, mengikuti percepatan perkembangan otot-otot mereka, dengan tetap standar yang tinggi namun progresif.
Akhirnya,... dua tahun berselang, mereka semua menjadi orang-orang yang 'berani diadu' dan membanggakan ... Hidup mereka ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar