Kisah yang diceritakan oleh Pak Gatot teman saya ini langsung bersarang di ingatan yang paling berkesan. Buat saya ini pelajaran yang luar biasa tentang kematangan berpikir. Ketika kita 'stuck' di antara pilihan-pilihan atau konflik atau masalah, naiklah ke tingkat berpikir lebih tinggi. Berorientasilah kepada masa depan, bukan berkubang lama-lama di masa lalu. Tanyakan apa pentingnya hal itu bagi kita ? So what ? Apa pengaruhnya bagi kita ? Apa tujuannya ? Apa hasilnya ?
Pola melihat masalah ala Gus Dur itu menjadi referensi saat saya menghadapi konflik dengan rekan kerja. Ketika saya tahu dan yakin saya dan dia sama-sama bicara untuk kepentingan Perusahaan, maka seketika itu saya melihat masalah yang diperdebatkan adalah masalah kecil karena berada di tataran cara, tindakan, atau perilaku. Seketika semangat menyelesaikan konflik menjadi positif.
Seringkali kita terjebak dalam melihat setting permasalahan. Bukannya membahas pemecahan atau jalan keluar dari issue dasar, kita malah terjebak pada situasi : 'karena dia berbeda pendapat dengan saya, maka dia salah. Dia sedang dalam masalah, untuk itu dia harus dikoreksi atau diluruskan dulu'. Saat target kerja baru tercapai sekian persen, yang lebih dulu kita lakukan seringkali mencari-cari dan mempertanyakan penyebab-penyebab kenapa kinerja menurun, yang kalau pikiran sudah dibajak emosi, ujung-ujungnya menyalahkan. Kalau kita dan anak buah sudah bete, apa hasilnya ?
Itulah sebabnya sekarang-sekarang ini saya mulai jarang menggunakan kata tanya 'mengapa', kecuali jika dalam suasana analisis persoalan. Saya lebih suka menggunakan kata tanya 'bagaimana'. Oke mobil itu mogok, so, bagaimana supaya jalan lagi ? Oke sudah tanggal segini tapi target sales masih 50%. So, bagaimana dalam waktu yang tersisa ini bisa mencapai 100% ? Oke, customer komplain, so, bagaimana supaya dia senang lagi dan reputasi Perusahaan selamat ? ...
Suatu hari, ibu saya berdebat dengan adik ipar saya. Ibu bilang AC di kamarnya sudah 1 tahun tidak diservice, sementara adik ipar saya mengatakan 6 bulan. Kalau tidak salah hitung, eyel-eyelan mereka berlangsung sekitar 3 menit, karena mereka masing-masing menyampaikan cerita lengkap untuk meyakinkan lawan bicara mengapa mereka mengatakan 1 tahun atau 6 bulan. Sampai suatu titik mereka mulai emosional, akhirnya saya menengahi : "Weizzzz ... gitu aja kok repot ... mau 6 bulan kek, mau 1 tahun kek, yang penting AC itu sekarang perlu diservice toh ? ... Ya udah, besok kita telpon tukang AC ...". Seketika, mereka berhenti dan tertawa ..... Case closed.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar