Ketika keadaan masih ‘tenteram’, pohon yang ada di daratan tadi sulit mendapatkan sumber-sumber makanan yang butuhkan karena tanahnya keras dan kering dan posisinya yang jauh dari air sungai. Untuk terus hidup, ia berusaha keras menjulurkan akarnya, menembus kerasnya tanah, untuk mencapai sungai agar mendapatkan air dan sumber makanan. Akibatnya, akar pohon itu menjadi panjang, dalam, dan besar. Ketika badai datang menyapu apa saja yang ada di permukaan tanah, akarpun menjadi pencengkeram dan penahan pohon itu agar tidak ikut tercerabut.
Ade Rai, binaragawan andalan
Saya jadi ingat dalam sebuah buku, bahwa kalau kita latihan beban, misalnya push-up atau mengangkat barbel, maka yang berguna dan yang dicari adalah hitungan saat dimana otot merasa sakit. Pada saat itu, ada serabut otot yang pecah. Setelah itu, dalam dua-tiga hari, akan ada serabut baru yang lebih kuat yang akan menggantikan otot tadi. Begitu seterusnya, hingga lama-lama otot kita akan menjadi keras dan besar. Jadi Ade Rai tidak ‘ujug-ujug’ punya badan besar dan kekar.
Kita tidak cuma punya otot fisik. Kita juga punya otot psikologis. Otot psikologis terdiri dari otot mental, otot emosional, dan otot spiritual. Semuanya punya prinsip yang sama. Kalau ingin otot-otot itu menjadi kuat dan besar, maka kita harus mengolahnya sampai merasa sakit. Itulah saat yang berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan otot-otot kita.
Masalah memang menyakitkan. Tapi masalah justru anugerah. Karena kita diberi kesempatan untuk memperbesar otot-otot kita sendiri. Apalagi Allah tidak akan memberikan beban yang tidak bisa dipikul manusia. Membaca, menulis, belajar dan mengajar, mengembangkan cita-cita dan rencana, memperkuat otot mental. Menolong, memaafkan, senyum, menyayangi, mengunjungi, melayat, menjaga integritas, memperkuat otot emosional dan sosial. Tafakkur, menikmati alam, memikirkan tanda-tanda kebesaranNya, introspeksi, sholat, puasa, dzikir, memperkuat otot spiritual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar