Selasa, Oktober 30, 2007

No pain no gain

Ada dua pohon. Yang satu tumbuh di pinggir sungai yang airnya mengalir tenang. Yang satu lagi tumbuh lebih ke tengah daratan. Yang tumbuh di pinggir sungai itu berdaun lebih lebat dan cepat berbuah, karena tanah di sekitarnya selalu basah dan gembur, menyediakan segala jenis makanan yang dibutuhkannya. Sementara pohon yang berdiri tegak lebih ke tengah daratan tumbuh dengan lebih lambat. Keadaan ternyata tidak selamanya begitu. Suatu ketika, tiba-tiba datang badai dan banjir bandang. Seluruh tanaman di tepi sungai tersapu air bah yang mengalir deras. Hampir semua tumbuhan habis ‘terbabat’ --- termasuk pohon yang di pinggir tepi sungai tadi Satu-satunya pohon yang masih berdiri tegak adalah pohon yang lebih ke tengah daratan dan jauh dari sungai itu. Ketika tanah di bawah pohon itu terkuak tersibak badai , tampaklah akar pohon itu tertancap dalam dan lebar. Akar itu kelihatan besar.

Ketika keadaan masih ‘tenteram’, pohon yang ada di daratan tadi sulit mendapatkan sumber-sumber makanan yang butuhkan karena tanahnya keras dan kering dan posisinya yang jauh dari air sungai. Untuk terus hidup, ia berusaha keras menjulurkan akarnya, menembus kerasnya tanah, untuk mencapai sungai agar mendapatkan air dan sumber makanan. Akibatnya, akar pohon itu menjadi panjang, dalam, dan besar. Ketika badai datang menyapu apa saja yang ada di permukaan tanah, akarpun menjadi pencengkeram dan penahan pohon itu agar tidak ikut tercerabut.

Ade Rai, binaragawan andalan Indonesia yang menghasilkan berbagai prestasi dan penghargaan untuk Indonesia -- menurut teman saya Anto Aprilianto yang satu almamater dengan Ade Rai -- ‘body’nya dulu tidak sebesar sekarang.

Saya jadi ingat dalam sebuah buku, bahwa kalau kita latihan beban, misalnya push-up atau mengangkat barbel, maka yang berguna dan yang dicari adalah hitungan saat dimana otot merasa sakit. Pada saat itu, ada serabut otot yang pecah. Setelah itu, dalam dua-tiga hari, akan ada serabut baru yang lebih kuat yang akan menggantikan otot tadi. Begitu seterusnya, hingga lama-lama otot kita akan menjadi keras dan besar. Jadi Ade Rai tidak ‘ujug-ujug’ punya badan besar dan kekar.

Kita tidak cuma punya otot fisik. Kita juga punya otot psikologis. Otot psikologis terdiri dari otot mental, otot emosional, dan otot spiritual. Semuanya punya prinsip yang sama. Kalau ingin otot-otot itu menjadi kuat dan besar, maka kita harus mengolahnya sampai merasa sakit. Itulah saat yang berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan otot-otot kita.

Masalah memang menyakitkan. Tapi masalah justru anugerah. Karena kita diberi kesempatan untuk memperbesar otot-otot kita sendiri. Apalagi Allah tidak akan memberikan beban yang tidak bisa dipikul manusia. Membaca, menulis, belajar dan mengajar, mengembangkan cita-cita dan rencana, memperkuat otot mental. Menolong, memaafkan, senyum, menyayangi, mengunjungi, melayat, menjaga integritas, memperkuat otot emosional dan sosial. Tafakkur, menikmati alam, memikirkan tanda-tanda kebesaranNya, introspeksi, sholat, puasa, dzikir, memperkuat otot spiritual.

Tak ada jalan pintas. Tak ada akar yang dalam dan besar tanpa tanah yang keras dan jauh dari sumber air. Tak ada Ade Rai sang juara binaraga tanpa latihan beban dengan disiplin selama bertahun-tahun. Semuanya diperoleh dengan rasa sakit …

Tidak ada komentar: