Selasa, Oktober 30, 2007

Pohon Tumbang

Brukkkk!!! Pohon kelapa itu tiba-tiba roboh. Seseorang yang memegang kampak kemudian memetik buah kelapa yang masih menempel di tongkrongan-nya. Ketika ditanya kenapa menebang pohon itu, orang itu menjawab, “Saya disuruh majikanku mengambil buah kelapa….”

"Kenapa tidak memanjat saja?"

Orang itu menjawab lagi, ”Saya tidak bisa memanjat, jadi saya tebang saja pohonnya supaya saya dapat buahnya ….”

"Besok kalau kamu disuruh mengambil buah kelapa lagi, bagaimana?"

Orang itu terdiam. Matanya menyiratkan kebingungan.

Cerita tadi mirip dengan fabel dalam buku “7 Habits of Highly Effective People” yang terkenal. Dikisahkan seorang petani miskin menemukan seekor angsa. Angsa itu lalu dipelihara hingga besar. Suatu hari ia menemukan sebutir telur emas di kandang angsa. Rupanya angsa itu bertelur sebutir emas setiap harinya. Tak lama petani itu menjadi kaya raya. Saking nafsunya ingin mendapat tidak cuma sebutir sehari, tetapi lebih dari itu, ia memotong angsanya. Ia tidak menemukan apa-apa. Tidak ada telur emas lagi. Petani itu kemudian miskin lagi.

Petani miskin ataupun penebang pohon di atas, adalah simbol dari pelanggaran hukum keseimbangan antara kapasitas produksi (pohon, angsa) dengan hasil (buah, telur). Ada banyak kapasitas produksi di sekeliling kita. Tubuh adalah kapasitas produksi yang menghasilkan kemampuan bekerja dan produktivitas. Tubuh menghasilkan gerak. Uang menghasilkan laba investasi. Anak buah menghasilkan pencapaian tujuan unit kerja. Customer menghasilkan sumber pendapatan perusahaan. Hati menghasilkan iman. Cinta menghasilkan kebahagiaan (jelas di sini bahwa cinta adalah kata kerja, bukan kata benda).

Lebih mementingkan hasil adalah sama dengan menebang pohon atau membunuh angsa. Bekerja keras siang malam dengan mengabaikan istirahat cukup dan olah raga untuk mengejar uang atau karier mengakibatkan tubuh menjadi sakit. Jadinya malah tidak produktif sama sekali.

Karena takut target produksi tidak tercapai, anak buah ‘diperas’ dan ‘dicambuki’. Kita sering melihat sebagian teman atau atasan kita yang menjelang ujian, terus sibuk dengan kesenangannya, dan tidak sempat belajar. Pada saat ujian, mereka cukup membawa contekan’ atau mengatur posisi dekat dengan ‘narasumber’, atau kalau perlu keluar duit buat menyewa joki. Hasilnya ? kalau kita tanyakan

kembali kepada mereka pelajaran yang diujikan, mungkin kita ‘kecele’ mendengar jawabannya.

Terlalu mementingkan kapasitas produksi pun tidak baik. Itu sama dengan kita istirahat dan berolah raga terus tapi kurang bekerja. Angsa menjadi manja. Dengan demikian efektivitas terletak pada keseimbangan antara pohon dan buah serta antara angsa dan telur.

Pohon dan angsa mempunyai ciri yang sama : harus dirawat. Tanpa dirawat, dikembangkan dan disehatkan, maka ia tidak mampu memberi hasil yang paling baik. Tanpa dilatih, dikembangkan, dihargai, dan disejahterakan, karyawan dan agen tidak akan memberi ‘yang terbaik’ buat customer dan perusahaan. Tanpa istirahat, nutrisi dan olah raga yang cukup, tubuh tidak akan mampu bekerja dengan optimal. Tanpa membaca, menulis, berpikir dan berimajinasi, tidak akan ada improvement. Tanpa menolong, memaafkan, jujur dan amanah, hubungan yang baik tidak akan terjalin. Tanpa sholat, puasa, dzikir, merenung, sedekah, makanan dan harta yang halal, maka spirit kita tidak akan memancarkan kedamaian dan kebenaran.

“…Dan aku tinggikan langit, dan aku letakkan mizan, supaya kamu jangan melampaui batas tentang mizan itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi mizan itu …”

(Ar-Rahman 7)

Mizan adalah neraca. Neraca berarti keseimbangan. Ia telah menjadi hukum alam yang universal yang diset-up Allah agar dunia dan isinya dapat ‘hidup’. Ketika keseimbangan ini dicabut, planet-planet dan bintang berbenturan, lahar bermuntahan, makhluk saling membinasakan, dan akhirnya kehidupan tidak ada lagi. Itulah saatnya kiamat …

Tidak ada komentar: