Ia seakan tidak peduli apakah penumpang menikmati atau sekadar mendengar ceritanya. Selama masih ada mata terbuka ia tetap bercerita. Ia baru akan menutup ceritanya kalau semua penumpang sudah tampak memejamkan matanya. Ia tetap menjalankan tugasnya : bercerita. Tak peduli ketika ia bercerita orang riuh bertepuk tangan atau sepi. Ia tetap bercerita.
Memang bukan hanya ia. Saya juga sering menemui penyanyi cafe yang tetap menyanyi bahkan ketika pengunjungnya hanya satu orang. Mereka tidak menyerahkan kuasa kepada pengunjung untuk menentukan apakah ia menyanyi dengan antusias atau tidak. Ia tetap menyanyi. Sama dengan Pak Husni yang tetap bercerita dengan raut tak berubah ketika seluruh mata memandang wajahnya, atau hanya tinggal sepasang mata. Dan itulah yang tercatat dalam benak saya akan sebuah pelajaran yang bernama : dedikasi ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar