Sabtu, Agustus 09, 2008

Seolah-olah (1)

Masih dalam waktu dan tempat yang sama dengan kisah ibu penjual pisang, di sudut warung lesehan di Batu Malang, seorang teman kantor membuka kotak berisi gelang bermagnet. Ia lantas menawarkan kepada teman-teman yang sedang menunggu patin bakar diantarkan sambil menerangkan fitur dan khasiat dagangannya. Harga gelang itu tujuh digit.

Seperti sudah merupakan standard operating procedure sebuah proses menjual barang, ia ingin mendemonstrasikan 'kekuatan' gelang magnet tersebut. Ia meminta Pak Ari salah seorang anggota tim saya berdiri. Pak Ari diminta menjulurkan tangan dan memutar badannya ke kanan semaksimal mungkin dengan kaki tetap ke depan. Ia diminta menandai sampai dimana ia bisa melihat ke belakang. Setelah itu, ia diminta memegang gelang itu, dan sekali lagi melakukan 'pemutaran badan' itu. Ternyata Pak Ari bisa memutar badannya lebih jauh dari sebelumnya. Seorang teman lainnya bergumam, "wah, hebat".

Pak Ari kemudian diminta berdiri tegak dengan kaki tidak rapat. Teman saya tadi kemudian menarik tangan kanan Pak Ari ke bawah. Pak Ari limbung dan hampir terjatuh. Pak Ari kemudian diminta berdiri tegak lagi, kali ini tangan kiri diminta 'lencang kiri' sambil memegang gelang yang punya 'kekuatan' itu. Ternyata Pak Ari bisa tetap berdiri tegak meskipun tangan kanannya ditarik ke bawah sekuat tenaga oleh teman saya itu.

Keisengan saya muncul. Saya cuma penasaran, kenapa benda ini bisa secara 'instan' memberi 'kekuatan' yang berdampak seketika. Lalu apa hubungannya demonstrasi itu dengan khasiat-khasiat yang sudah dipresentasikan sebelumnya. Dengan iseng saya bilang ke Pak Ari, "Pak, sekarang Bapak berdiri melakukan gerakan memutar badan tadi, tapi kali ini Bapak bayangkan SEOLAH-OLAH Bapak memegang gelang ini".

Pak Ari melakukan apa yang saya katakan. Mengejutkan, ia bisa memutar badannya sejauh ketika ia BENAR-BENAR memegang gelang itu.

Sekali lagi, masih dengan 'kenakalan' saya, "Pak, sekarang Bapak berdiri tegak, tangan kiri lencang kiri, sambil membayangkan SEOLAH-OLAH Bapak memegang gelang ini".

Pak Ari melakukannya, dan saya minta teman saya yang jualan gelang itu menarik tangan kanan Pak Ari sekuat tenaga. Mengejutkan lagi, Pak Ari benar-benar berdiri tegak, meskipun tanpa gelang magnet.

Kenyataan yang dialami Pak Ari seketika 'membuyarkan' kelancaran selling process teman saya itu. Tapi sebagai 'prospek' yang ditawari gelang oleh teman saya itu, saya sekedar ingin membuktikan apakah hipotesis saya bahwa bukan gelang itu yang memberikan kekuatan, tetapi pikiran yang telah tersugesti itulah yang memberikan kekuatan. Sama seperti ketika kecil, ketika kita sakit perut, oleh orang tua kita diminta memegang atau mengantongi batu dan setelah itu sakit perutnya benar-benar hilang. Dalam berbagai pelatihan, sayapun sering mengajak peserta untuk 'memanjangkan' tangan kiri atau kanan dengan memejamkan mata dan membayangkan seolah-olah tangannya memanjang. Hasilnya, sebagaian besar peserta tangannya 'berubah'.

Selain gelang, ada produk lain seperti kalung yang juga menggunakan teknik-teknik yang memanfaatkan sugesti, atau dikombinasikan dengan teknik 'sulap'. Misalnya cairan yang diberi 'obat' dan dikatakan 'racun', dicelupkan 'kalung' jadinya jernih kembali. Dalam beberapa kesempatan pelatihan ketika akan menerangkan soal 'perdukunan', saya bermain sulap dengan mengubah 'air teh' menjadi 'air putih'.

Saya tidak tahu apakah yang terjadi barusan benar-benar soal 'kekuatan' gelang atau 'sugesti pikiran, yang jelas teman saya cuma bisa ketawa saja dagangannya belum laku malam itu. Mudah-mudahan teman saya itu ikhlas mendapatkan kenyataan barusan dan ilmunya makin banyak dengan mencari cara lain berjualan kepada orang-orang seperti saya. Saya berdosa nggak ya ?***

Tidak ada komentar: