Rabu, Oktober 15, 2008

Dedikasi Seorang Guru (1)


Bermula dari brosur penawaran clinical hypnotherapy workshop, saya mengenal dr. Arya Hasanuddin, SH, SpKJ. Ia adalah ketua Indonesian Society of Hypnosis. Awalnya saya penasaran mengapa workshop hypnotherapy I sehari biayanya cukup tinggi. Setelah dijelaskan, rupanya biaya itu adalah untuk pembimbingan dr. Arya selama dua tahun. Dr. Arya menjelaskan, ia terpaksa 'turun gunung' untuk melatih hypnotherapy kepada non-dokter dan psikiater karena ia prihatin maraknya penawaran workshop hypnotherapy yang "sehari langsung jadi". Ia lalu menayangkan iklan hypnotherapy yang sering dimuat di Kompas yang menampilkan pula instrukturnya berpakaian hitam. Kata dr. Arya, iklan inilah yang membuatnya geram.

Terapi hipnosis ini menyangkut pikiran dan jiwa manusia, jadi kalau ditangani secara serampangan, bisa fatal akibatnya. Ia menemukan seorang 'bekas' pasien hypnotherapy yang akhirnya malah harus ditangani secara psikiatri karena mendapat hypnotherapy yang menurut dr. Arya salah blas. Hypnotherapy haruslah memenuhi kaidah-kaidah sebuah terapi klinis, dimana perlu dilakukan assessment dan diagnosis mendalam terhadap masalah, lalu teknik terapi yang sesuai, dan treatment pasca terapi. Hypnotherapist juga harus menguasai tentang otak dan fungsinya, serta tipe-tipe kepribadian dan ciri-cirinya. Setelah hypnotherapist melakukan assessment dan diagnosis, maka baru dilakukan proses terapi yang disesuaikan dengan kasus/masalah dan tipe kepribadian klien. Jadi, hypnotherapy tidak bisa diajarkan hanya sehari lalu dilepas. Itulah sebabnya, dr. Arya akan membimbing peserta workshop ini selama dua tahun.

Saya termasuk orang yang beruntung mendapat bimbingan dr. Arya. Menurut beliau, dari belasan 'murid', hanya saya yang 'jadi'. Katanya saya punya bakat dan kemampuan yang baik. Bahkan, beliau sempat 'menurunkan' kepada saya sebuah teknik khusus yang beliau berpesan 'jangan dikasih tau orang lain, itu hanya untuk kita'. Kalau dipandang dari sudut bisnis, jangan-jangan ibarat CocaCola, itu adalah rahasia 'sirup' yang menjadi inti produk minuman berkarbonat itu. Tapi saya menafsirkan jangan sampai teknik itu jatuh kepada orang yang salah. Setelah teknik itu saya terapkan kepada dua orang klien, ternyata memang 'ampuh'.

Bersama dr. Arya pulalah, saya mengetahui bahwa banyak mitos, klenik dan praktek perdukunan yang hanya 'tipu daya'. Urusan dukun adalah urusan sugesti. Banyak dukun pakai ilmu sulap. Bahkan di Kompas sempat diulas bagaimana teknik memasukkan jarum ke dalam telur. Tidak ada yang namanya kesurupan itu roh jahat masuk, karena yang terjadi adalah fenomena traditional hypnosis yang terang secara ilmiah. Masih banyak tabir yang dibuka oleh dr. Arya yang ujung-ujungnya memintarkan masyarakat.

Maka, ketika membuka harian Kompas yang memberitakan dr. Arya tewas bersama sopirnya di sebuah hotel di Semarang, saya kaget bukan kepalang. Innalillaahi wa inna ilaihi rojiun. Saya ingat, konsultasi terakhir saya adalah ketika saya bertanya bagaimana mengatasi problem Kyla -- puteri Ira Maya Sopha -- yang ketakutan dihantui 'suatu bayangan' di rumahnya. Pertemuan terakhir dengan beliau adalah pertemuan tidak sengaja di bandara Soekarno Hatta sebulan sebelum berita Kompas itu muncul. Waktu itu saya dan isteri mau ke Semarang, beliau juga, tapi lain flight. Itulah kali pertama dan terakhir isteri saya bertemu dengan dr. Arya.

Cerita latar terbunuhnya dr. Arya macam-macam. Ada yang bilang urusan bisnis, urusan klenik, urusan politik (beliau adalah anggota tim pemeriksa kejiwaan caleg di Semarang). Latar belakang itu kemudian mengerucut kepada satu berita : dr. Arya minta didatangkan jin oleh dua orang 'ahli'. Kalau berhasil orang itu akan dibayar 40 juta. (lihat "Dedikasi Seorang Guru 2"). Sebagian orang bingung, kok dr. Arya yang sangat ilmiah dan rasional itu main-main soal klenik ?. Ada teman yang bilang, jangan percaya pada pengakuan pembunuh. Ada juga teman saya Pak Widyarso yang 'membuka' kemungkinan memang dr. Arya bertransaksi jin. Saya katakan, saya membuka celah untuk semua kemungkinan, termasuk split personality yang dilemparkan skenarionya oleh Pak Wid.

Tapi semua itu masih map, belum reality. Selama reality-nya belum terungkap, karena saya tahu konteks yang dibuat beliau (setidaknya kepada saya), maka lebih bermanfaat jika saya memilih pemahaman : Itulah dedikasi dr. Arya sehingga ia ingin mengeksplorasi lebih dalam soal klenik dan membuktikan bahwa 'ahli' mendatangkan jin itu cuma tipu daya saja meski usaha beliau ini harus dibayar dengan nyawanya sendiri...***

Tidak ada komentar: