Tiba-tiba saja saya mendapat SMS dari Bank Mandiri yang mengabari adanya uang masuk ke rekening saya. Tidak ada satu menit, datang lagi SMS dari seorang yang saya kenal, sebut saja namanya Dewi.
"Pak Prass, saya baru aja transfer cicilan hutang yg ke-4. Tolong dicek ya... Makasih banyak ...".
Dewi adalah orang yang pertamakali meng-organize saya untuk mengadakan public training. Awal saya berkenalan dengan Dewi adalah ketika saya 'menyusul' isteri saya join di sebuah klub kebugaran untuk menyehatkan badan saya, sekaligus memundurkan kemajuan perut saya. Saat itu terjadi insiden dimana personal trainer saya -- Pingkan -- hampir dikeluarkan oleh pihak manajemen fitness center. Karena alasan PHK tersebut tidak masuk akal, maka seluruh klien Pingkan di fitness center itu bersatu padu untuk melakukan advokasi. Dewi adalah inisiator awal perjuangan tersebut.
Setelah berhasil mempertahankan Pingkan di fitness center tersebut, para klien Pingkan menjadi akrab. Ketika tahu kebisaan saya di bidang pemberdayaan diri, Dewi lantas tertarik untuk 'menjual' saya. Kebetulan saat itu perusahaan tempat dia bekerja membutuhkan diversifikasi jasa untuk menambah pundi-pundi perusahaannya.
"Tarif Pak Prass kalo ngajar sehari berapa ?", tanya Dewi di tempat duduk istirahat fitness center. Saat itu tarif saya masih belasan juta sehari.
"Kalau begitu, Pak Prass saya bayar segitu, dan saya privat sehari dengan Pak Prass, " Katanya mantap.
Saya kaget bukan kepalang. Edan ini orang, begitu pikir saya. Ibarat dia mengundang grup musik untuk dinikmati sendiri. Ketika saya tanya mengapa maunya begitu, Dewi menjawab, "Saya perlu tahu dan menguasai ilmu ini dulu sebelum saya menjual Pak Prass".
Pikiran mendidik saya muncul. Sebenarnya ia bisa saja mengunduh ilmu saya dengan hanya membayar 1-2 juta rupiah jika ikut kelas publik saya. Untuk Saya biarkan saja Dewi membayar saya dengan tarif in-house training, lalu saya akan memberi bonus sehari lagi plus dua kali follow-up session, dan akhirnya akan saya berikan coaching session. Pembayaranpun beres, tapi saya yang wanprestasi untuk melakukan follow-up session.
Namun karena Dewi merasa apa yang didapat dari saya sangat membantunya, ia melanjutkan rencananya untuk menjual saya secara publik. Tekadnya begitu kuat. Ia merencanakan sebuah public training bagi saya. Di sinilah asal muasal hutang itu muncul. Target peserta tidak tercapai. Saat itu Dewi hanya mampu membayar saya sepersekian.
Sebenarnya saat itu saya sudah menerima dibayar sepersekian itu tanpa mau menagih sisanya, karena begitu kagum dengan apa yang dilakukan Dewi, sekaligus mengkompensasi wanprestasi saya untuk follow-up session yang tidak sempat ia nikmati.
Rupanya tidak demikian buat Dewi. Dewi terus mencatat hutang itu, sampai suatu ketika ia telah menjelma menjadi instruktur pilates profesional. Seperti yang pernah saya ceritakan di siaran PROVOKASI Smart FM, hari Senin saya memberi santunan kepada kelompok pendidikan anak-anak kurang mampu, esoknya Mbak Dewi telepon dan menyatakan akan membayar hutangnya. Saya katakan saya sudah tidak mencatatnya sebagai hutang, tapi Dewi tetap memaksa akan mencicilnya setiap bulan. Saya kaget, kagum, dan haru.
Hari itu, saya membalas SMS Dewi, "Mbak Dewi, bagaimana jika saya memberi diskon harga kepada mbak Dewi sehingga saya nyatakan hutang mbak Dewi telah lunas ?".
Agak lama, iapun membalas, "Waduuh, gimana ya ? ... Saya sudah menyatakan punya utangnya XX juta dan udah dicatet ama malaikat. Utang dunia kudu dibayar di dunia. Kalo ga lunas di dunia, ditagih di akherat, repot saya gimana bayarnya :-)"
Saya membalas lagi, "Itu kan kalau krediturnya mencatat dan mengakui kalau ada utang. Lha ini sudah saya hapus utangnya. Gimana, ikhlas kan ?"
Dewi : "Saya mau tanya, kenapa pak Prass mau menghapus utang saya ?"
Saya : "Karena saya mau begitu...".
Dewi : "Waduuuhh jadi gini ya perasaan office boy studio waktu saya bilang utangnya ke saya gak perlu dibayar tapi dia nolak ... now i understand him .. :-)."
SMS lanjutan Dewi : "Ok. Makasih banyak ya atas kebaikan Pak Prass. Semoga Allah membalasnya dengan kemudahan rezeki di masa depan ..."
Saya termenung sebentar, lalu membalas : "Hehehe, terimakasih doanya mbak. Btw, jangan-jangan karena mbak Dewi membebaskan utang office boy, maka Allah menggerakkan hati saya untuk membebaskan utang Mbak Dewi, karena saya juga nggak tau tiba-tiba memutuskan untuk menghapus utang mbak Dewi. No other reason kecuali ingin berbuat baik meringankan hidup orang lain. Hmmm, satu lagi bukti kebesaranNya. Saya kok malah dapat pelajaran dari sini ya ....".
Dewi : "Mungkin kali ya ... Beda nominal utangnya jauuuuh! Beda 10 juta ! Tapi saya gak tau cara Allah bekerja :-)".
Saya bermenung. Selain makin meyakini sistem Allah bekerja, dimana kebaikan akan berbuah kebaikan yang lebih besar, satu lagi keinsyafan yang saya dapat dari peristiwa ini : bahwa sebuah kebaikan bukan cuma dinikmati diri sendiri, tetapi akan berefek domino kepada kebaikan orang lain. Dewi telah membebaskan utang dan meringankan hidup office boy studionya, dan dia sendiri terbebaskan dari utang yang jauh lebih besar. Dengan terbebaskannya dari utang, dia dapat membuat kebaikan lebih banyak kepada orang lain. Saya sendiri meyakini setelah ini Insya Allah rezeki saya semakin besar, sehingga orang-orang sekeliling saya kebagian manfaat dari rezeki tadi. Pamrih ?. Efek sedekah tetap bekerja kok meskipun pamrih, tidak ikhlas, atau riya. Tidak percaya ?. Memang jangan percaya sebelum anda membuktikannya sendiri.
Itulah yang membuat saya dengan yakin meng 'quote tweet' sebuah tweet sahabat saya Arin di twitter. Arin menawarkan siapa yang mau ikutan sarapan berbagi. Lalu ada temannya yang reply, "nanti kalau ada rezeki". Lantas saya nimbrung dan menulis, "Cara ampuh memanggil rezeki adalah sedekah". ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar